Kain tenun tradisional ikat asal Nusa Tenggara Timur (NTT) tetap eksis di tengah lajunya kemajuan industri tekstil. Kain tenun ikat hasil olahan tangan para perempuan Kupang itu kini menembus pangsa pasar Jepang. Mereka menyukai tenun dengan motif flora dan fauna seperti buaya atau komodo.
Tenun adalah seni kerajinan tekstil yang cukup penting dalam kehidupan masyarakat NTT, selain untuk memenuhi kebutuhan sandang sehari-hari juga untuk menambah penghasilan keluarga. Usaha pembuatan tenun ikat ini dilakukan oleh kaum perempuan sejak mereka remaja hingga tua.Masing-masing daerah di NTT yang dihuni sekitar 15 etnis memiliki potensi tenun yang menganggumkan. Uniknya lagi, hampir di setiap wilayah di NTT memiliki motif dan teknik menenun yang berbeda, begitu juga dengan warna yang ditampilkan.
Teknik tenun bisa digolongkan dalam tiga cara, yakni tenun ikat, tenun buna, dan tenun lotis. Ketiga teknik ini diwariskan secara turun-temurun sehingga menghasilkan jenis dan motif berbeda.Orang Jepang ternyata sangat meminati kain tenun ikat NTT terutama dengan motif flora dan fauna dan ini hanya dihasilkan di sekitar Pulau Sabu. Mereka juga menyukai motif binatang seperti buaya atau jenis reptilia yang secara setia dipegang etnis Timor.
”Kain tenun ikat Kupang ini dapat dijual tidak hanya dalam bentuk kain panjang tapi juga dapat dimodifikasi menjadi sarung, selimut, model jas, rompi, dompet, penutup leher serta kebaya. Namun, kebanyakan pemesan lebih menyukai kain tenun ikan dalam bentuk kain panjang,” tuturnya.Kain tenun ikat Kupang paling murah berharga Rp 150.000 untuk ukuran 1,5 meter x 3 meter dan bisa mencapai Rp 10 juta selembarnya. Kain tenun ikat asal Kupang termasuk daerah lainnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagian besar dikerjakan dengan menggunakan alat tradisional yang terbuat dari kayu cendana atau kayu hitam
Sumber - sinarharapan.co.id
Temukan semuanya tentang Bisnis & Pasang Iklan : Iklan & Jasa - Iklan Baris & Iklan Gratis – Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar